Inividu keluarga dan masyarakat Adanya aspek
organis-jasmaniah, psikis-rohaniah, dan sosial kebersamaan yang melekat pada
individu, mengakibatkan bahwa kodratnya ialah untuk hidup bersama manusia lain.
Pada hewan, kolektivitas bersifat naluriah, pada manusia, di samping rohaniah
juga karena nalar, menimbulkan kesadaran membagi peranan dalam hidup
berkelompok sehingga perjuangan hidup menjadi ringan. Menurut Durkheim
kebersamaannya dapat dinilai sebagai “mekanistis”, merupakan solidaritas
“organis”, yaitu atas dasar saling mengatur. Selain kepentingan individual,
diperlukan suatu tata hidup yang mengamankan kepentingan komunal demi
kesejahteraan bersama. Perangkat tatanan kehidupan bersama menurut pola
tertentu kemudian berkembang menjadi apa yang disebut “pranata” sosial” atau
abstraksi yang lebih tinggi lai, dinamakan “kelembagaan” atau “institusi”.
Individu barulah individu apabila pola perilakunya yang khas dirinya itu
diproyeksikan pada suatu lingkungan sosial yang disebut masyarakat. Kekhasan
atau penyimpangan dari pola perilaku kolektif menjadikannya individu, menurut
relasi dengan lingkungan sosialnya yang bersifat majemuk serta simultan. Dari
individu dituntut kemampuan untuk membawa dirinya secara konsisten, tanpa
kehilangan identitas nilai etisnya. Relevan dengan relasi – relasi sesaat
antara dirinya dengan berbagai perubahan lingkungan sosialnya. Satuan – satuan
lingkungan sosial yang melingkari individu terdiri dari keluarga, lembaga,
komunitas, masyarakat, dan nasion. Individu mempunyai “karakter”, maka satuan
lingkungan mempunyai “karakteristik” yang setiap kali berbeda fungsinya,
struktur, peranan, dan proses – proses yang berlangsung di dalam dirinya.
Posisi, peranan dan tingkah lakunya diharapkan sesuai dengan tuntutan setiap
satuan lingkungan sosial dalam situasi tertentu. a. Hubungan Individu dengan
Dirinya Merupakan masalah khas psikologi. Di sini muncul istilah – istilah Ego,
Id, dan Superego serta dipersonalisasi (apabila relasi individu dengan dirinya
adalah seperti dengan orang asing saja), dan sebagainya. Dalam diri seseorang
terdapat tiga sistem kepribadian yang disebut “Id” atau “es” (Jiwa ibarat
gunung es di tengah laut), Ego atau “aku”, dan superego atau uber ich. Id
adalah wadah dalam jiwa seseorang, berisi dorongan primitif dengan sifat
temprorer yang selalu menghendaki agar segera dipenuhi atau dilaksanakan demi
kepuasan. Contohnya seksual atau libido. Ego bertugas melaksanakan dorongan -
dorongan Id, tidak bertentangan dengan kenyataan dan tuntutan dan Superego.
Egod alam tugasnya berprinsip pada kenyataan relative principle. Superego
berisi kata hati atau conscience, berhubungan dengan lingkungan sosial, dan
punya nilai – nilai moral sehingga merupakan kontrol terhadap dorongan yang
datang dari Id. Karena itu ada semacam pertentangan antara Id dan Superego.
Bila ego gagal menjaga keseimbangan antara dorongan dari id dan larangan dari
superego, maka individu akan mengalami konflik batin yang terus menerus. Untuk
itu perlu kanalisasi melalui mekanisme pertahanan. Demikian psikoanalisa
sebagai teori kepribadian yang dikemukakan oleh Sigmund Freud (1856 – 1939),
sarjana berkebangsaan Jerman. b. Hubungan Individu dengan Keluarga Individu
memiliki relasi mutlak dengan keluarga. Ia dilahirkan dari keluarga, tumbuh dan
berkembang untuk kemudian membentuk sendiri keluarga batinnya. Terjadi hubungan
dengan ibu, ayah, dan kakak – adik. Dengan orang tua, dengan saudara – saudara
kandung, terjalin relasi biologis yang disusul oleh relasi psikologis dan sosial
pada umumnya. Peranan-peranan dari setiap anggota keluarga merupakan resultan
dari relasi biologis, psikologis, dan sosial. Relasi khusus oleh kebudayaan
lingkungan keluarga dinyatakan melalui bahasa (adat-istiadat, kebiasaan,
norma-norma, bahkan nilai-nilai agama sekalipun). Masalah kekerabatan seperti
adanya marga dan keluarga besar banyak dibahas dalam antropologi, yang
menunjukkan kelakuan dan tindakan secara tertib dan teratur dalam berbagai
deferensi peran dan fungsinya melalui proses sosialisasi atau internalisasi. c.
Hubungan Individu dengan Masyarakat Masyarakat merupakan satuan lingkungan
sosial yang bersifat makor. Aspek teritorium kurang ditekankan. Namun aspek
keteraturan sosial dan wawasan hidup kolektif memperoleh bobo yang lebih besar.
Kedua aspek itu munjuk kepada derajat integrasi masyarakat karena keteraturan
esensial dan hdup kolektif ditentukan oleh kemantapan unsur – unsur masyarakat
yang terdiri dari pranat, status, dan peranan individu. Variabel – variabel
tersebut dipakai dalam mengkaji dan menjelaskan fenomena masyarakat menurut
persepsi makro. Sifat makro diperoleh dari kenyataan, bahwa masyarakat pada
hakiaktnya terdiri dari sekian banyak komunias yang berbeda, sekaligus mencakup
berbagai macam keluarga, lembaga dan individu – individu. Hubungan individu
dengan masyarakat dalam persepsi makro lebih bersfiat sebagai abstraksi.
Kejahatan dalam masyarakat mako merupakan gejala yang menyimpang dari norma
keteraturan sosial, sekaligus dapat berperan sebagai indikator tinggi –
rendahnya keamanan lingkungan untuk penghuni dan golongan masyarakat dari
status tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar